KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 PENGARUH BUDAYA HINDU BUDHA DI INDONESIA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mampu Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindu dan Budha dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini
B. Uraian Materi
a. Jaringan Perdagangan dan Pelayaran
Sebagai bangsa Austronesia yang hidup di wilayah lautan selatan, bangsa Indonesia telah memiliki sejarah yang panjang sebagai negara maritim.
Kemaritiman bangsa Indonesia dapat kita telusuri sejarahnya sejak jaman praaksara, namun mulai jaman Hindu Buddha jejak- jejak kemaritiman ini dapat kita temui dalam bentuk relief gambar maupun tulisan yang terpahat dalam prasasti. Seperti contoh diatas ini adalah relief kapal yang terpahat di candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke 9.
Salah satu Sumber sejarah mengenai penggunaan perahu atau kapal sebagai alat transportasi dan pengangkutan adalah dari prasasti Kamalagyan (1037 M) dan prasasti Pinambangan ( 903 M) yang diterbitkan oleh Mpu Sindok dari kerajaan Mataram.
Dalam prasati itu disebutkan kata Masunghara yang digunakan untuk menyebut perahu, ada juga yang menggunakan istilah Lancang untuk menunjuk kata perahu seperti yang ditulis dalam prasasti Mananjung yang ditemukan di daerah Malang.
Kata Lancang sering dikaitkan dengan kata Lamchara yang menunjukkan sejenis kapal dagang lintas laut yang diperkitakan memiliki kapasitas angkut hingga 150 ton.
Gambaran ini sesuai dengan relief yang dipahatkan didinding Borobudur yang menunjukkan gambaran bahwa pada masa ini telah berkembang teknik pembuatan kapal yang sudah sangat pesat sehingga dapat kita simpulkan bahwa pada abad ke 9 M pelayaran di Indonesia ( khususnya Mataram ) Sudah sangat Maju.
Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi, pada perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda-beda.
Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia di Asia Tenggara Daratan, maka pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat dua kekuatan
peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya.
Keduanya merupakan dua kekuatan super power pada masanya dan mempunyai pengaruh amat besar terhadap penduduk di Kepulauan Indonesia.
Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasi ke dalam jaringan perdagangan dunia pada masa itu.
Selat Malaka menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India. Pada masa itu, Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia.
Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara.
Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 M hingga abad ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain.
Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota Cina (Sumatra Utara sekarang). Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui penguasaan laut.
Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu:
1. Pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir pantai
2. Kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur utama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara.
Jadi, prasyarat untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang, dan kemampuan menguasai lautan.
Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagang-pedagang asing yang melewati jalur itu.
Di samping itu, masyarakat setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-pengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitar Selat Malaka.
Bahkan sampai saat ini pengaruh budaya terutama India masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar Selat Malaka.
Selama masa Hindu-Buddha di samping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan dan budaya antar bangsa dan penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat terutama karena terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku.
Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Selat Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus.
Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada saat itu adalah rempahrempah, seperti kayu manis, cengkih, dan pala.
Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antar pulau telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara.
Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra.
Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeu (Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan cara Cina untuk kata bahasa sanskerta, Sriwijaya.
C. Rangkuman
Masuknya budaya dari India baik yang bercorak Hindu maupun Budha tidak terlepas dari terjadi perubahan jalur lalu lintas pelayaran dagang antara India dengan Cina pada abad 1 yang semula pedagang pedagang baik dari India ke Cina maupun sebaliknya menggunakan jalan darat atau yang dikenal dengan jalan sutera (The Silk Road), beralih menggunakan jalur darat.
Proses interaksi antara pedagang pedagang India dengan masyarakat di
nusantara bersifat akulturasi yaitu bertemunya dua unsur kebudayaan yang dapat hidup saling berdampingan serta saling mengisi tanpa menghilangkan unsur unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Terjadinya akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan India adalah karena kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima.
D. Latihan Soal
Jawablah pertayaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang benar !
1. Masuknya budaya India ke Indonesia berjalan secara damai sehingga mampu memperkaya budaya bangsa Indonesia, serta berpengaruh di berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia. Satu diantara contoh pengaruh tersebut di bidang politik adalah ...
A. berubahnya sistem pemerintahan kesukuan ke kerajaan
B. munculnya tradisi tulisan, seni bangunan, dan seni sastra
C. tumbuh dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha
D. berkembangnya sistem perdagangan dan pelayaran
E. munculnya stratifikasi dalam kehidupan masyarakat
2. Proses penyesuaian pengaruh kebudayaan India dengan kebudayaan Indonesia sangat ditentukan oleh kemampuan Local Genius bangsa Indonesia. Pernyataan yang menggambarkan adanya Local Genius tersebut adalah ...
A. relief candi menggambarkan alam yang terdapat di India
B. candi di Indonesia memiliki kesamaan dengan candi yang terdapat di India
C. kitab Mahabharata dan Ramayana merupakan karya pujangga dari
Indonesia
D. relief candi yang menggambarkan kisah pewayangan dari India
E. bangunan candi memiliki dasar yang berbentuk punden berundak
3. Perhatikan kondisi berikut :
1. mengenal sistim huruf
2. memilki kepandaian mengecor logam
3. menguasai tekhnik bercocok tanam padi
4. perkembangan sistem pemerintahan Kerajaan
5. perkembangna ajaran Hindu – Budha
Yang merupakan pengaruh masuknya budaya India bagi perkembangan budaya di Indonesia adalah pada nomor ...
A. 1,3 dan 4
B. 1,3 dan 5
C. 1,4 dan 5
D. 1,2 dan 3
E. 3,4 dan 5
4. Menurut Brandes terdapat 10 unsur budaya asli bangsa Indonesia yang sudah ada sebelum adanya pengaruh India, ketika pengaruh agama dan budaya India di Indonesia berlangsung damai, tidak menghilangkan budaya asli bangsa justru menyuburkan. Satu diantara unsur budaya asli Indonesia tersebut terlihat pada
seni wayang dibuktikan dengan ...
A. cerita dalam pertunjukan wayang
B. adanya tokoh punakawan
C. penggunaan bahasa Sanskerta
D. kitab ramayana dan mahabharata
E. dewa-dewa di kahyangan
5. Seni pertunjukan wayang adalah salah satu unsur budaya asli Indonesia yang setelah masuknya budaya Hindu – Budha terjadi akulturasi. Wujud akulturasi budaya Indonesia dengan budaya Hindu – Budha dalam seni Pertunjukan wayang terdapat pada ...
A. Peralatannya
B. Dalangnya
C. tempat pagelarannya
D. cerita dan tokohnya
E. waktu pertunjukannya
KIRIMKAN JAWABAN ANDA KEPADA GURU MELALUI WHATSAPP