Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca, menerjemahkan, dan menganalisis hadis tentang keutamaan dakwah riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, siswa dapat menjelaskan keutamaan dakwah, metode dakwah, strategi dakwah, dan problematika dakwah di era milenium.
2. Setelah membaca, menerjemahkan, dan menganalisis hadis tentang hukum dakwah riwayat Imam Bukhari dari Abdillah bin ‘Amer, siswa dapat menjelaskan dasar hukum berdakwah dan penyebarannya.
3. Setelah membaca, menerjemahkan, dan menganalisis hadis tentang hukum dakwah riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas, siswa dapat mempresentasikan tahapantahapan dakwah islamiyah dan menggali hikmah-hikmah dakwah secara bertahap.
Prawacana
Dunia digital berbasis koneksi global atau internet merupakan kemajuan sekaligus tantangan terhadap kehandalan teknologi konvensional. Dahulu berita atau informasi bisa didapatkan dari media cetak seperti koran, buletin, majalah, dan lainnya. Sekarang hal itu mulai ditinggalkan. Sekarang orang-orang lebih akrab dengan gawai-gawai, terlebih di kalangan remaja tak terkecuali para pelajar mulai tingkat paling rendah sampai perguruan tinggi, mereka menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya.
Fenomena lalu lintas informasi dan pemberitaan di sosial media menjadi bagian tak terpisahkan dari kemajuan abad milenial. Bagi seorang muslim milenial hal tersebut bisa dijadikan sarana menyampaikan pesan Islam yang kemudian disebut Dakwah Islamiyah yang sangat efektif. Jika dahulu Dakwah Islamiyah dilakukan secara lisan lewat khutbah, ceramah, kuliah, diskusi, dan sejenisnya. Sekarang ujung jari menjadi sarana dakwah yang paling efektif dan efsien.
Jika kamu pengguna media sosial apapun medianya, renungkan pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Seberapa sering kamu membaca berita atau informasi dari media sosial yang berisi konten kajian keislaman?
2. Tema apakah dalam kajian keislaman yang paling kamu sukai?
3. Pernahkah kamu membuat, mengirimkan, atau mengrimkan ulang pesan dalam media sosial yang mengandung nilai-nilai Dakwah Islamiyah?
A. Keutamaan Berdakwah
1. Memahami Hadis Keutamaan Berdakwah
a) Mari Membaca Sanad dan Matan Hadis
b) Arti Kosa Kata
c) Mari Menerjemahkan Hadis
d) Kualitas Hadis
Dari aspek sanad, hadis tentang keutamaan berdakwah diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab al-Īlmu pada Bab Barang siapa membuat contoh yang baik nomor hadis 4831 merupakan hadis marfu’. hadis tersebut diriwayatkan juga oleh:
1) Imam Abū Daud nomor hadis 4609 jenis hadis: marfu’ dengan kualitas: ṣahīh
2) Imam at-Tirmizy nomor hadis 2674 jenis hadis: marfu’ dengan kualitas: ṣahīh
3) Imam ad-Darimy nomor hadis 530 jenis hadis: marfu’ dengan kualitas
sanadnya ṣahīh
4) Imam Ahmad nomor hadis 9160 jenis hadis marfu’’ dengan kualitas sanadnya ṣahīh
Berdasarkan skema sanad di atas, hadis tersebut termasuk kategori hadis marfu’ dengan derajat garib ṣahīh. Sedangkan dari aspek matan, tidak terdapat perbedaan redaksi antara satu periwayat dengan periwayat lainnya, dengan demikian hadis tersebut diriwayatkan secara lafẓy atau riwayat bi al-lafẓy.
e) Syarah Hadis
karenanya orang-orang mendapatkan kemudahan untuk beriman dan beramal shaleh. Ini terkandung arti bahwa apa saja yang kita serukan dan jika disebabkan seruan itu orang-orang tergugah hatinya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan termotivasi untuk berbuat kebaikan kepada sesama. Maka akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang diajaknya tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Sedangkan lawan dari seruan kepada petunjuk adalah
Seruan kepada kebaikan disebut aktifitas dakwah sedangkan seruan kepada keburukan tidak dapat dinilai sebagai aktifitas dakwah, mereka akan mendapatkan dosa sebagaimana dosa para pengikutnya tanpa mengurangi dosa para pengikutnya sedikit pun.
Berdakwah merupakan sedekah terbesar bahkan tidak dapat dinilai dengan harta.
Hal ini diwasiatkan Rasulullah Saw kepada Alī bin Abi alib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah Swt. memberikan hidayah kepada seseorang karena (dakwah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari pada unta merah (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad). Unta merah pada zaman Rasulullah Saw merupakan kendaraan paling mewah dengan harga yang paling mahal.
2. Menganalisis Metode dan Strategi Dakwah
Masyarakat sering kali terjebak pada keterbatasan makna dakwah, dakwah hanya dimaknai sebagai tablig, ceramah, atau khutbah. Tentu makna dakwah seperti itu tidak salah dan syah-syah saja, namun model dakwah seperti itu merupakan salah satu metode dakwah yang sifatnya verbalistis dan monologis. Untuk memenuhi ruang dakwah yang lebih luas diperlukan metode dan strategi dakwah yang lebih variatif.
Jika merujuk QS. an-Nahl [16]: 125, Allah menjelaskan beberapa metode utama dalam berdakwah:
Dari ayat di atas, Allah mengajarkan kepada Rasulullah Saw. beberapa metode berdakwah, antara lain berdakwah dengan hikmah, mau’iẓah hasanah (pelajaran yang baik), dan mujadalah bi al-ihsan (membantah dengan cara yang baik).
a. Metode Dakwah
1) Dakwah bi al Hikmah, yaitu berdakwah dengan ungkapan yang mengandung kebenaran dan mendalam secara arif dan bijaksana sehingga objek dakwah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
a) Menurut al-Ragīb al-Aṣfahani, hikmah adalah segala hal yang berkaitan dengan kebenaran berdasarkan ilmu dan akal. Dari pengertian tersebut Imam at-Ṭabaṭṭabā’i menyimpulkan bahwa hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan lagi, tidak mengandung kelemahan dan tidak ada keraguan di dalamnya.
b) Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, hikmah diartikan
sebagai sesuatu yang apabila digunakan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar.
c) Menurut Ṭahīr ibn ‘Asyur, hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah pada perbaikan keadaan dan
kepercayaan manusia secara berkesinambungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, Dakwah bi al-hikmah adalah
mengajak manusia kepada kebaikan dengan penuh kebijaksanaan.
Secara praktis, dakwah Islamiyah dengan hikmah yaitu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menumbuhkan bukan merubuhkan, dan memuliakan bukan merendahkan.
2) Dakwah bi al-mau’iẓah al-hasanah atau pelajaran yang baik, secara bahasa mau’iẓah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’iẓah dan hasanah. Kata mau’iẓah berasal dari kata wa’aẓa ya’iẓu wa’ẓan ‘iẓatan wa mau’iẓatan (maṣdar mimi) yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan.
Adapun hasanah berarti kebaikan yang merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya keburukan.
Beberapa pendapat ulama tentang mau’iẓah hasanah secara istilah:
a) Menurut Imam Abdullah bin Ahmad al-Nasāfy:
“Al-maui’ẓah al-hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak samar bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki kemanfaatan bari mereka (pada nasihat tersebut) atau dengan Al-Qur’an”.
b) Menurut Abd. Hamīd al-Bilāly, al-maui’ẓah al-hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.
c) Menurut Ibnu Kaṡīr, al-maui’ẓah al-hasanah merupakan cara untuk memberikan peringatan kepada manusia, mencegah, dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Ibnu Kaṡīr menulis sebagai berikut:
d) Menurut Imam at-Ṭabāry, al-maui’ẓah al-hasanah diartikan dengan alibrah al-jamilah yaitu perumpamaan yang indah berasal dari kitab Allah
sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian, dan pengajaran yang baik yang mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan para siswa. Al-mau’iẓah al-hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i (guru, ustadz, mubalig) sehingga penyampaian kepada para jamaah atau siswa lebih berkesan. Jamaah atau siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi proses penanaman nilai.
e) Menurut al-Imam Jalaludin as-Suyuṭi dan Jalaludin al-Mahally
perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah (baik) sehingga kalimat tersebut bermakna lemah lembut lagi baik.
3) Dakwah al-Mujadalah bi al-Ihsan.
Mujadalah berasal dari kata jadala yang sering dimaknai dengan berdebat, adu argumen, atau dialog antara da’i dan mad’u-nya. Secara hakiki, mujadalah sebenarnya lebih mengarah pada perlawanan yang tujuannya untuk mempertahankan pendapat yang paling benar.
Secara umum para ulama mendefinisikan mujadalah pada tiga cara :
a) Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan pendapatnya untuk menghadapi lawan bicaranya dengan argumentasi yang logis.
b) Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau pemahaman.
c) Membandingkan berbagai dalil untuk mencari jalan yang paling tepat.
Mujadalah bi al-ihsan merupakan ciri khas dari model komunikasi islami,
yaitu komunikasi yang mendahulukan akal sehat, etika moral, dan saling
menghargai satu sama lain.
Berikut langkah-langkah praktis yang dapat digunakan dalam melakukan komunikasi islami atau mujadalah bi al-ihsan:
a) Gunakan prinsip menang-menang (bukan menang kalah), prinsip ini
merupakan kepercayaan akan alternatif ketiga. Ia bukan jalan anda atau jalan dia; ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi, dan jalan paling terhormat;
b) Tunjukan rasa hormat kepada lawan bicara, jangan pernah mengatakan bahwa lawan bicara anda salah;
c) Jika anda salah, segera akui dengan simpatik;
d) Mulailah dengan cara yang ramah. Buat lawan bicara segera mengatakan “ya” terhadap pemikiran dan gagasan anda;
e) Buatlah lawan bicara anda berbicara sebanyak-banyaknya;
f) Kondisikan agar usul dan pendapat datang dari lawan bicara;
g) Cobalah dengan tulus melihat masalah dari sudut pandang orang lain;
h) Bersimpatilah dengan ide-ide dan pemikiran orang lain;
i) Tersenyumlah dengan tulus;
j) Jaga jarak fisik secara tepat;
k) Jangan menyela pembicaraan lawan bicara;
l) Jika terjadi konfrontasi, jangan merasa anda harus menang tanpa syarat. Beri kesempatan kepada lawan bicara untuk mundur secara teratur.
b. Strategi Dakwah
Strategi atau taktik dalam melaksanakan dakwah sangat diperlukan agar
tujuan dakwah bisa tercapai dengan efektif dan efisien. Strategi juga bisa dipahami sebagai segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.
Dengan demikian, strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. Dengan kata lain strategi dakwah adalah siasat, taktik, atau cara yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
Strategi dakwah, ada yang berhubungan dengan da’i itu sendiri, objek dakwah, materi dakwah, dan media dakwah. Seorang da’i sejatinya harus mempersiapkan diri baik secara psikis maupun fisik, ruh maupun raga, ilmu, dan amal. Dan yang paling penting adalah dia menjadi model dalam melaksanakan ajaran-ajaran yang didakwahkan.
Objek dakwah atau dikenal dengan istilah mad’u adalah orang-orang yang akan atau harus diseru, diajak, dibimbing, dan diarahkan.
Materi dakwah adalah sekumpulan nilai-nilai, norma, dan ajaran Islam mulai dari masalah akidah, ibadah, akhlak, hukum, dan lain-lain.
Media dakwah adalah segala hal yang dapat digunakan untuk membantu
terlaksananya kegiatan dakwah islamiyah, seperti media cetak, elektronik, dan media lainnya.
Dari uraian di atas, dapat kita petakan strategi dakwah sebagai berikut:
3. Problematika Dakwah di Era Milenial
tersebut, mengilhami umat Islam untuk selalu berikhtiar dan berusaha semaksimal kemampuan, dengan mengerahkan segenap potensi, untuk menerjemahkan, membumikan, mengaktualisasikan, dan mendakwahkan nilai-nilai Islam agar senantiasa dapat menjadi pedoman hidup sepanjang hayat.
Era milenial merupakan tantangan tersendiri dalam mendakwahkan Islam rahmatan li al-‘alamin, di mana masyarakat sangat bergantung kepada informasi yang bersifat instan mulai dari kalangan remaja sampai orang dewasa bisa mengakses informasi dengan begitu cepat dari belahan dunia yang lain. Dan hal ini, tentunya sangat berpengaruh pada pola pikir dan pola perilaku masyarakat, sehingga masyarakat semakin mudah mendapatkan materi-materi dakwah. Oleh karenanya,
dalam mewujudkan misi dakwah yang sangat luhur ini, para aktivis dakwah akan berhadapan dengan tantangan dunia global, sebab masyarakat saat ini sudah sangat kritis dan selektif, termasuk kritis dan selektif dalam menerima materi-materi dakwah, mereka terkadang mempertanyakan apakah materi-materi dakwah tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka atau tidak? Bahkan, tidak jarang para mustami’ (khususnya pada acara pengajian) menitipkan pesan-pesan khusus kepada muballignya, misalnya; pesan untuk menyelipkan humor. Jadi tidak mengherankan jika ada muballig yang mempertanyakan eksistensi dirinya apakah selaku aktivis dakwah, atau apakah dia seorang muballig, atau pelawak”?. Bahkan kecepatan akses informasi dalam keadaan tertentu dapat mengalahkan peran ustaż, penceramah, muballig, bahkan mengalahkan kitab-kitab warisan ulama Islam yang sudah dikaji berabad-abad.
Para da’i dipaksa oleh situasi untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat
muslim milenial terkhusus di perkotaan. Namun, untuk daerah daerah tertentu yang masih menjadikan Kiai sebagai figur dan sumber informasi keagamaan Islam dan dengan doktrin ikram al-asatiż (memuliakan guru) atau ṣuhbatu al-ustaż (bergaul dengan guru), kegiatan dakwah masih bisa berjalan secara konvensional.
B. Dasar Hukum Berdakwah
1. Memahami Kandungan Hadis
a) Mari Membaca Sanad dan Matan Hadis
b) Arti Kosa Kata
c) Mari Menerjemahkan Hadis
d) Kualitas Hadis
Hadis perintah menyampaikan dakwah atau tablig diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Ṣahīhnya pada Kitab Ahādiṡ al-Anbiyā Shalawatullah Alaihim Bab Mā Żukira ‘an Bani Israil, nomor hadis 3461. Hadis tersebut merupakan hadis marfu’, yang diriwayatkan juga oleh:
1) At-Tirmiży dalam kitab Sunan-nya nomor hadis 2669 kualitas hadisnya Ṣahīh
2) Ad-Darimy dalam kitab Sunan-nya nomor hadis 559 kualitas hadisnya Ṣahīh alIsnād
3) Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya al-Musnad nomor hadis 6478, 6486, 6592, 6888, dan 7006 dengan kualitas hadisnya ṣahīh sesuai dengan syarat-syarat Imam Bukhari
Berdasarkan data di atas dapat disusun skema sanad sebagai berikut:
Dari skema sanad tersebut, tergambar bahwa hadis perintah berdakwah merupakan hadis marfu’, sanadnya muttaṣil dengan rawi terakhir adalah Abdullah bin Amer bin al-‘Aṣ, seluruh rawinya merupakan rawi yang ṡiqqah.
2. Menganalisis Hukum Berdakwah
Tidak diragukan lagi bahwa hukum berdakwah adalah wajib bagi setiap muslim dalam arti yang luas (bukan hanya ceramah atau khutbah). Dasar kewajiban dakwah telah lebih dahulu oleh Allah disebutkan dalam Al-Qur’an seperti dalam QS. an-Nahl [17]: 125, QS. Ali Imrān [3]: 104 dan 110, QS. Yūsuf [12]: 108, QS. at-Taubah [9]: 122, QS. al-Ahzāb [33]: 46, dan masih banyak ayat yang lainnya. Adapun perintah
Seluruh dalil dalam Al-Qur’an dan Hadis tidak ada yang membatalkan perintah berdakwah. Maka hukum melaksanakan Dakwah Islamiyah adalah farḍu ‘ain atau kewajiban bagi setiap muslim. Bahkan Nabi Saw. memerintahkan hal tersebut walau dengan modal yang sangat minimal yaitu hanya menguasai satu ayat.
3. Menerapkan Kandungan Hadis
Merupakan sebuah tuntunan Rasulullah Saw. kepada umatnya untuk meneruskan risalah dakwah yang diemban beliau. Untuk meneruskan risalah dakwah tersebut, Rasulullah memberikan rambu-rambu tentang materi atau bahan dakwah seperti yang disebutkan dalam hadis di atas, antara lain aspek sumber rujukan dakwah yaitu ayat Al-Qur’an, aspek sejarah seperti yang disebutkan secara eksplisit tentang Banī Israil, dan dari aspek kebenaran sumber rujukan. Untuk sumber rujukan dakwah, Rasulullah Saw. mengingatkan kita agar tidak melakukan kebohongan atau mengadaada dalam urusan agama dengan ancaman: Siapa yang berdusta atas namaku maka bersiap-siap menempati tempat tinggalnya nanti di neraka.
Sebagai bahan renungan, bacalah kisah berikut ini secara perlahan, kemudian renungkan, dan langkah apa yang bisa kamu teladani dari kisah tersebut?. Tuliskan strategi penerapan Dakwah Islamiyah yang akan kamu gunakan untuk menyampaikan dahwah!
Kisah Dakwah Inspiratif
Ada kisah menarik tentang semangat dakwah, yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Ratib an-Nabūlsy saat Khuthbah Jumat tertanggal 2 Juli 2010. Sebuah kisah inspiratif terjadi di Amsterdam yang sangat menarik untuk disimak. Berikut ini saya paparkan dengan terjemah bebas dan sedikit diringkas.
“Menjadi kebiasaan di hari Jumat, seorang Imam masjid dan anaknya yang berumur 11 tahun membagi brosur di jalan-jalan dan keramaian, sebuah brosur dakwah yang berjudul “Thariiqun ilal jannah” (jalan menuju surga). Tapi kali ini, suasana sangat dingin ditambah rintik air hujan yang membuat orang benar-benar malas untuk keluar rumah. Si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas hujan untuk mencegah dinginnya udara, lalu ia berkata kepada sang ayah, “Saya sudah
siap, Ayah!” “Siap untuk apa, Nak?” “Ayah, bukankah ini waktunya kita
menyebarkan brosur ‘jalan menuju jannah’?” “Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.” “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin,tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!” “Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.” “Ayah, jika diijinkan, saya ingin menyebarkan brosur ini sendirian.” Sang ayah diam sejenak lalu berkata, “Baiklah, pergilah dengan membawa beberapa brosur yang ada.” Anak itupun keluar ke jalanan kota untuk membagi brosur kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu.
Dua jam berjalan, dan brosur hanya tersisa sedikit saja. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orang yang lalu lalang di jalanan. Ia pun mendatangi sebuah rumah untuk membagikan brosur itu. Ia pencet tombol bel rumah, namun tak ada jawaban. Ia pencet lagi, dan tak ada yang keluar. Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet bel, dan ia ketuk pintu dengan lebih keras. Ia tunggu beberapa lama, hingga pintu terbuka pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan yang dalam Wanita itu berkata, “Apa yang bisa dibantu wahai anakku?” Dengan wajah ceria, senyum yang bersahabat si anak berkata, “Nek, mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya membawa brosur dakwah untuk Anda yang menjelaskan bagaimana Anda mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara memperoleh ridha-Nya.” Anak itu menyerahkan brosurnya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih, Nak.” Sepekan Kemudian Usai shalat Jumat, seperti biasa Imam masjid berdiri dan menyampaikan sedikit taushiyah, lalu berkata, “Adakah di antara hadirin yang ingin bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu?” Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata, “Tak ada di antara hadirin ini yang mengenaliku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini. Sebelum Jumat yang lalu saya belum menjadi seorang muslimah, dan tidak berfikir untuk menjadi seperti ini
sebelumnya. Sekitar sebulan lalu suamiku meninggal, padahal ia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Hari Jumat yang lalu, saat udara sangat dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapanku untuk hidup.
Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya ke kamar atas di rumahku. Saya ikat satu ujung tali di kayu atap. Saya berdiri di kursi, lalu saya kalungkan ujung tali yang satunya ke leher,saya memutuskan untuk bunuh diri. Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tidak menjawab, “paling sebentar lagi pergi”, batinku. Tapi ternyata bel berdering lagi, dan kuperhatikan ketukan pintu semakin keras terdengar. Lalu saya lepas tali yang melingkar di leher, dan saya turun untuk sekedar melihat siapa yang mengetuk pintu. Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah berwajah ceria, dengan senyuman laksana malaikat dan aku belum pernah melihat anak seperti itu. Ia mengucapkan kata-kata yang sangat menyentuh sanubariku, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Kemudian anak itu menyodorkan brosur kepadaku yang berjudul, “Jalan Menuju Jannah.”
Akupun segera menutup pintu, aku mulai membaca isi brosur. Setelah membacanya, aku naik ke lantai atas, melepaskan ikatan tali di atap dan menyingkirkan kursi. Saya telah mantap untuk tidak memerlukan itu lagi selamanya. Anda tahu, sekarang ini saya benar-benar merasa sangat bahagia, karena bisa mengenal Allah yang Esa, tiada ilah yang haq selain Dia. Dan karena alamat markaz dakwah tertera di brosur itu, maka saya datang ke sini sendirian utk mengucapkan pujian kepada Allah, kemudian berterimakasih kepada kalian, khususnya ‘malaikat’ kecil yang telah mendatangiku pada saat yang sangat tepat. Mudah-mudahan itu menjadi sebab selamat saya dari kesengsaraan menuju kebahagiaan jannah yang abadi. Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir. Allahu Akbar. Menggema di ruangan.
Sementara sang Imam turun dari mimbarnya, menuju shaf paling depan, tempat dimana puteranya yang tak lain adalah ‘malaikat’ kecil itu duduk. Sang ayah mendekap dan mencium anaknya diiringi tangisan haru. Allahu Akbar!” Lihatlah bagaimana antusias anak kecil itu tatkala berdakwah, hingga dia mengatakan “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!”
Ia tidak bisa membiarkan manusia berjalan menuju neraka. Ia ingin kiranya bisa mencegah mereka, lalu membimbingnya menuju jalan ke jannah. Lihat pula bagaimana ia berdakwah, menunjukkan wajah ceria dan memberikan kabar gembira, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Siapa yang tidak trenyuh hati mendengarkan kata-katanya? Berdakwah dengan apa apa yang ia mampu, juga patut dijadikan teladan. Bisa jadi,tanpa kita sadari, cara dakwah sederhana yang kita lakukan ternyata berdampak luar biasa.
Menjadi sebab datangnya hidayah bagi seseorang. Padahal, satu orang yang mendapat hidayah dengan sebab dakwah kita, lebih baik baik bagi kita daripada mendapat hadiah onta merah. Wallahu a’lam.
(Sumber: dikutip dari laman Facebook Sahabat Amrul)
C. Tahapan-Tahapan Dakwah Islamiyah
1. Memahami Kandungan Hadis
a) Mari Membaca Sanad dan Matan Hadis
b) Arti Kosa Kata
c) Mari Menerjemahkan Hadis
d) Kualitas Hadis
Hadis tentang tahapan berdakwah diriwayatkan oleh al-Bukhari pada Kitāb al-Magāzi Bab Ba’ṡi Abū Mūsa Wa Mu’aż Ilā al-Yaman nomor hadis 4347, 1395, 1458, 1496, 2448, dan 7372. Serta diriwatkan juga oleh
1) Muslim nomor hadis 19
2) Abū Daud nomor hadis 1584
3) At-Tirmiży nomor hadis 625
4) An-Nasā’i nomor hadis 2435 dan 2522
5) Ibnu Mājah nomor hadis 1783
6) Ad-Darimy nomor hadis 1655
7) Ahmad bin Hanbal nomor hadis 2071
Seluruh ulama hadis meriwayatkan hadis tersebut secara muttaṣil marfu’ yang sanadnya sampai kepada Rasulullah Saw. para kritikus hadis menilai hadis tersebut merupakan hadis ṣahīh baik secara sanad maupun matan.
Tidak ada perbedaan redaksi matan hadis antara satu periwayat dengan
periwayat lainnya.
e) Syarah Hadis
Setelah Rasulullah Saw. menjelaskan kondisi sosial masyarakat Yaman kepada Mu’aż bin Jabal, kemudian Rasulullah Saw. berpesan agar menyampaikan dakwah secara bertahap. Dalam hadis di atas, ada empat
tahapan dakwah yang harus dilakukan oleh Mu’aż bin Jabal antara lain:
masalah akidah, adalah masalah ibadah dan ibadah yang paling utama adalah shalat lima waktu yang hukumnya fardlu ‘ain.
2. Menganalisis Tahapan-tahapan Dakwah Islam
Hadis-hadis yang mengisahkan penyebaran dakwah ke Yaman dengan delegasi atau utusannya adalah Abū Mūsa dan Mu’aż bin Jabal layak dijadikan rujukan bagaimana mendakwahkan Islam secara damai, penuh kesejukan, dan tidak memaksakan namun tetap tegas pada aspek hukum seperti hadis berikut ini
Dari Hadis di atas, Rasulullah Saw. berpesan agar dakwah dilakukan dengan cara memudahkan dan tidak mempersulit, menggembirakan dan tidak menakut-nakuti, serta jagalah persatuan. Namun ketika berbicara masalah hukum seperti hukum khamer, Rasulullah Saw menegaskan keharamannya.
Tahapan materi dakwah sebagaimana pada hadis di atas, Rasulullah Saw
mengurutkan materi dari aspek akidah seperti dalam sabdanya: “Serulah mereka untuk bersaksi bahwa tidak Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya”. Jika mereka telah menataati ketentuan dalam aspek akidah, selanjutnya materi tentang ibadah: “Beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka ta'at untuk itu, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat harta mereka, di ambil dari orangorang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang yang miskin dari mereka”. Jika mereka telah menaati masalah ibadah, maka masuklah pada aspek
muamalah seperti: “Larangan mengambil harta milik mereka yang paling baik, takutlah engkau dengan do'anya orang dizhalimi, sebab antara ia dengan Allah tidak ada yang menghalanginya”.
Selain masalah-masalah pokok dalam materi dakwah yang dilakukan secara bertahap, tentu seluruh ajaran Islam harus disampaikan oleh para da’i, walaupun pada batasan dan kemampuan para da’i masing-masing. Sebagai bahan panduan dalam mendakwahkan seluruh ajaran Islam, para ulama telah membuat sistematika dan urutan materi pada kitabnya masing-masing, seperti dalam kitab-kitab hadis, fikih, akidah, sīrah nabawiyah, tasawuf, dan lain-lain.
3. Menggali Nilai-Nilai Dakwah Islam secara Bertahap
Islam sebagai agama yang memiliki sistem nilai yang sempurna dan integral atau dikenal dengan istilah kamilah dan syamilah, tentu tidak mungkin diajarkan atau didakwahkan sekaligus dan dalam waktu singkat. Para da’i dituntut kesabarannya dalam mendakwahkan ajaran Islam tersebut. Hal ini, terkait dengan kandungan ajaran Islam itu sendiri yang sangat luas dan kondisi mad’u yang sangat beragam dan terbatas dalam menerima tata nilai dan ajaran Islam.
Berdakwah secara bertahap merupakan bagian fiqh al-dakwah yang langsung diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabatnya, karena
Rasulullah Saw mengetahui dengan pasti kapasitas dan kualitas para sahabatnya dalam menerima setiap ajaran yang beliau ajarkan.
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari dakwah secara bertahap, antara lain:
1) Memberikan kesan bahwa ajaran Islam itu mudah, tetapi tidak dimudah mudahkan
2) Ajaran Islam bukan hanya sekedar pengetahuan, tetapi harus menjadi
pengamalan
3) Seseorang tidak dituntut dalam melaksanakan ajaran Islam kecuali atas kemampuannya.
D. Tagihan dan Proyek Siswa dalam Memahami dan Menerapkan Hadis tentang Dakwah
1. (Tugas Individu) Unjuk Kemampuan Menghafalkan Hadis dan Terjemahnya serta
Memberikan Komentar Terhadap Hadis Kewajiban Berdakwah
a) Setiap siswa menghafalkan Hadis Kewajiban Berdakwah dengan terjemahnya;
b) Setelah menyetorkan hafalan, setiap siswa wajib menuliskan Hadis Kewajiban Berdakwah dan terjemahnya secara imla (tidak melihat teks Hadis pada buku atau catatan lainnya);
c) Lengkapi tulisan hadis dan terjemahnya tersebut dengan komentar masingmasing terhadap isi kandungan Hadis Kewajiban Berdakwah (gunakan bahasa sendiri dengan singkat dan jelas)
2. (Tugas Kelompok) Buatlah peta dakwah di lingkungan tempat tinggal masing-masing!
Untuk Pembuatan Peta Dakwah dapat menggunakan sistematika sebagai berikut:
a. Lokasi yang dipetakan
b. Jumlah majelis dakwah atau majelis taklim atau taman pengajian
c. Waktu pelaksanaan kegiatan
d. Peserta
e. Da’i, mubalig, atau ustaż
f. Materi dakwah yang biasa diajarkan
g. Dan keterangan lain yang mendukung peta dakwah kalian
3. (Tugas Kelompok) Buatlah rencana aksi dakwah di kalangan remaja!
Rencana aksi dakwah dapat disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut:
a. Lokasi
b. Latar belakang pemilihan lokasi dakwah
c. Tujuan berdakwah
d. Target yang ingi dicapai
e. Metode dan strategi yang digunakan
f. Waktu pelaksanaan
g. Materi utama
h. Hal-hal lain yang dapat mendukung terlaksananya aksi dakwah di kalangan remaja
Uji Kompetensi
Selesaikan soal-soal berikut!
1. Generasi milenial adalah generasi yang hidup di era teknologi digital.
Bagaimana cara berdakwah di kalangan generasi milenial tersebut?
2. Dakwah Islamiyah merupakan salah satu sendi dalam agama. Jelaskan sumbangan dakwah dalam menyebarluaskan ajaran Agama Islam!
3. Dunia modern dengan kecanggihan media yang sangat tinggi meniscayakan para da’i memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan kecanggihan teknologi tersebut. Tulislah kiat-kiat untuk menjadikan media sosial sebagai salah satu media dakwah!
4. Tulislah model tahapan dakwah Rasulullah Saw. dengan hikmah- hikmahnya!
5. Sekelompok remaja berkumpul sesuai dengan hobinya masing-masing, kesamaan hobi menyebabkan para remaja berkumpul dalam satu group atau gank tentetu. Jika kamu menemukan kelompok atau group atau gank dan kamu mau berdakwah di tengah-tengah mereka, strategi apa yang akan kamu gunakan?