Materi Al Quran Hadits Kelas XII BAB I Membudayakan Pola Hidup Sederhana dan Menyantuni Duafa




A. Kompetensi Inti

KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro- aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI-3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

 



B. Kompetensi Dasar
1. Menghayati perintah Allah swt.. tentang pola hidup sederhana dan bersikap santun
2. Mengamalkan peduli dan santun dalam bermasyarakat
3. Menganalisis QS al-Furqan (25): 67 tentang kesederhanaan, QS al-Isra‟ (17): 26–27, 29–30 tentang kesederhanaan dalam hidup, QS al-Qashash (28): 79–82, QS al-Baqarah (2): 177 tentang beberapa macam kebajikan, QS al-Ma„un (107): 1–7 tentang bermegah-megahan di dunia dan hadis riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-lebihan:



dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam tentang keutamaan memberi daripada menerima:


 


dan Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim tentang proporsi dalam tubuh seorang muslim:


 

4 1. Mendemonstrasikan hafalan, terjemahan ayat dan hadis tentang sikap sederhana dan menyantuni dhuafa
4 2. Menyajikan keterkaitan analisis ayat dan hadis tentang sikap sederhana dan santun dengan fenomena sosial.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik mampu
menganalisis kandungan ayat-ayat dan hadis-hadis tentang pola hidup sederhana dan menyantuni dhuafa, mendemonstrasikan hafalan sesuai kaidah ilmu tajwid, mengomunikasikan hasil analisis dalam secara lisan atau tertulis, mengamalkan sikap sederhana, santun, peduli dalam kehidupan.

D. Peta Kompetensi


 




Mari Mengamati


Perhatikan gambar ilustrasi berikut dan kemukakan pendapat kalian!



 



Mari Memahami
 

1. Sifat Kesederhanaan. QS al-Furqan (25): 67



a. Arti Kosa Kata


 



b. Terjemah
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. QS al-Furqan (25): 67

c. Penjelasan
Pada ayat di atas dengan jelas menyebutkan, apabila manusia atau orang yang beriman yang ingin membelanjakan hartanya, maka ketika membelanjakan tersebut dia tidak boleh terlalu boros, dan juga tidak boleh terlalu kikir, melainkan berada di tengah-tengah (moderat). Kalau kita berbelanja, maka belanjalah sesuai dengan keperluan. Kalau bersedekah, jangan sampai memberikan sedekah terlalu banyak.
Hanya karena bangga dengan pahala bersedekah sehingga kita bersedekah terlalu banyak, sedangkan kita lupa akan kebutuhan kita sendiri. Tetapi jangan pula karena mengingat akan kebutuhan kita, lalu kita tidak mau mengeluarkan apa yang kita miliki, hingga zakat sekalipun tidak mau dikeluarkan. Itulah orang yang kikir sebenarnya. Dalam hal ini, kita harus bersikap moderat, tidak kikir dan tidak juga boros, namun berada di antara keduanya (moderat).

Pada dasarnya, janganlah kita membelanjakan sesuatu sampai habis, dan jangan pula kita enggan membelanjakan apa yang ada pada diri kita. Hal ini tak mudah dilaksanakan, karena pada umumnya manusia itu bersifat konsumtif. Sifat konsumtif yang tak bisa ditahan yang kemudian menjadi-jadi, itulah yang disebut pemborosan. Tapi kalau menahannya juga menjadi-jadi, itulah yang dinamakan kikir. Di dalam hadis Nabi juga disebutkan, bahwa: “Urusan yang terbaik adalah urusan yang di tengah-tengah.”

Beberapa sifat yang dimiliki iIbâd al-Rahmân, para hamba Dzat Yang Maha Penyayang memang benar-benar terpuji. Dalam ayat ini, sifat yang dijelaskan adalah dalam membelanjakan dan menafkahkan harta yang dikaruniakan Allah swt. kepada mereka.


Tidak Isrâf
Allah swt.. berfirman: wa al-ladzîna idzâ anfaqû lam yusrifû (dan orangorang yang apabila membelanjakan [harta], mereka tidak berlebih-lebihan). Kata alinfâq yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah membelanjakan harta. Diceritakan ayat ini, para hamba Dzat Yang Maha Penyayang itu dalam membelanjakan hartanya tidak isrâf (melampaui batas). Dalam ayat ini disebutkan: lam yusrifû.
 

Secara etimologi, kata al-isrâf berasal dari kata al-saraf. Dijelaskan oleh alAsfahani, kata al-isrâf berarti tajâwaz al-hadd fî kulli fi‟l yaf‟aluhu al-insân (tindakan melampaui batas pada semua perbuatan yang dikerjakan manusia), meskipun yang lebih populer digunakan dalam hal infak (membelanjakan harta).


Dikarenakan pengertiannya adalah tajâwaz al-hadd (melampaui batasan), maka amat penting diketahui tentang had (batasan) yang menjadi miqyâs (tolok ukur, standar). Dengan batasan tersebut maka dapat diketahui, apakah membelanjaan harta sudah terkategorikan sebagai al-isrâf atau belum. Oleh karena kata tersebut dalam alQur‟an, maka batasan yang dimaksud adalah syara'. Bukan akal, adat, kebiasaan, begitu juga bukan kesederhanaan yang menjadi standar hidup. Dengan demikian, apabila seseorang membelanjakan harta untuk sesuatu yang diharamkan Allah maka inilah yang dmaksud dengan al-isrâf, ( melampaui batas).

Tidak Kikir
Di samping tidak membelanjakan harta dalam kemaksiatan, mereka juga tidak bersifat kikir. Allah swt. berfirman: wa lam yaqturû (dan tidak [pula] kikir). Secara etimologi, al-qatr berarti taqlîl al-nafqah (meminimkan nafkah). Kata ini semakna dengan al-bukhl, lawan dari al-isrâf. Sedangkan secara syar‟i, al-qatr berarti menahan diri dari membelanjakan harta dalam ketaatan kepada Allah swt..
 

Allah swt. memerintahkan kepada umatnya untuk tidak bersifat kikir, karena perbuatan tersebut memang terlarang. Larangan ini disebutkan dalam nas lain, seperti firman Allah swt.: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat (QS Ali „Imran [3]: 180).
 

Secara spesifik, orang-orang yang tidak membayar zakat diancam dengan siksaan yang keras. Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang pun yang memiliki emas dan perak, lalu tidak mengeluarkan zakatnya, kecuali akan dipakaikan kepadanya pakaian dari api neraka; yang dengan pakaian itu di neraka, pinggang, punggung, dan keningnya meleleh. Setiap bagian tubuh tadi hancur dikembalikan lagi seperti semula (HR al-Khamsah kecuali al-Tirmidzi).

2. Kesederhanaan dalam Hidup. QS al-Isra’ (17): 26–30


 



a. Arti Kosa Kata



b. Terjemah
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburhamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki danmenyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. QS al-Isra‟ (17): 26–30

c. Penjelasan
Ayat-ayat tersebut mengandung pesan untuk bersikap sederhana dalam hidup. Sikap tersebut adalah tidak berlebihan sekalipun dalam berinfak. Demikian juga dilarang untuk kikir dalam membelajakan harta. Sifat boros adalah perilaku setan yang ingkar kepada Tuhannya. Larangan kikir digambarkan dengan tangan yang terbelenggu di leher. Kikir akan mengakibatkan pelakunya tercela, sedang boros menjadikan pelakunya menyesal di kemudian hari.


Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Allah swt. sangat mengetahui potensi hamba-hambaNya. Allah swt. melapangkan rezeki kepada sebagian manusia dan mencukupkan kepada sebagian yang lain. Manusia diwajibkan menjemput rezeki yang telah dipersiapkan Allah baginya.

3. Kisah Qarun dalam QS al-Qashash (28): 79–82 


 

 

a. Arti Kosa Kata


 



b. Terjemah
Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orangorang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: "Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan mencukupkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". QS al-Qashash (28): 79–82

c. Penjelasan
Ayat ini Menyampaikan kisah Qarun untuk diambil pelajaran. Qarun dengan segala kemegahannya memukau sebagian manusia. Saat melihat kebesaran Qarun sebagian manusia berangan-angan memliki keberuntungan laksana Qarun. Merekalah yang terpedaya dengan kemewahan dunia.

Tetapi ada sebagian manusia yang kuat imannya. Mereka tidak tergoda oleh kemegahan yang dimiliki Qarun. Bagi mereka pahala dan rida Allah swt. lebih dari segalanya. Mereka bersabar atas segala yang diberikan Allah swt. kepada mereka.

Pada saat Allah menenggelamkan Qarun beserta semua hartanya, dan tidak ada orang yang menolongnya, maka sebagian manusia menjadi tersadar akan kebesaran Allah swt. Bahwa Allahlah yang memberi rejeki. Manusia tidak diperbolehkan sombong, karena harta hanya titipan sang pemilik, Allah swt. Kapan saja Dia berkehendak untuk mengambil, tidak satupun yang bisa menghalangi.

4. Macam-macam Kebajikan. QS al-Baqarah (2): 177 

 



a. Arti Kosa Kata

 




b. Terjemah
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. QS al-Baqarah (2): 177

c. Penjelasan
Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan sebuah pertanyaan seorang laki laki tentang al–bir (kebajikan). Setelah turun ayat ini kemudian Rasulullah saw. memanggil kembali laki laki itu dan membacakan ayat tersebut. Ayat ini turun sebelum diwajibkannya salat fardu. Kala itu, bagi seseorang yang sudah bersyahadatain kemudian meninggal dalam keadaan beriman, maka harapannya dia mendapatkan kebaikan. Namun orang Yahudi beranggapan bahwa kebajikan itu jika salat menghadap ke Barat, sedang orang Nasrani menghadap ke Timur.

Semasa Rasulullah saw. masih berada di Makkah, beliau dan pengikutnya salat sekaligus menghadap ke Ka‟bah di dalam Masjidil Haram dan Baitul Maqdis di Yerusalem dengan mengambil posisi salat di sebelah Selatan Ka‟bah, sehingga dalam waktu bersamaan juga menghadap ke Yerusalem di sebalah Utara. Tetapi setelah Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah cara tersebut tidak bisa dilakukan lagi terkait dengan posisi Makkah Selatan sedangkan Yerusalem Utara dari Madinah. Maka Nabi dan para pengikutnya salat menghadap ke Utara ke arah Yerusalem. Berkiblat ke Yerusalem sejalan dengan penegasan Allah swt. dalam al-Qur‟an dan Sunnah yang mengandung makna pengakuan akan kesucian kota itu dan keabsahan agama serta para nabi yang pernah berada di sana. Namun Nabi saw. juga menyadari Makkah dengan Ka‟bahnya sangat dekat di hati bangsa Arab dari pada Yerusalem. Sebab
itulah Rasulullah saw. memohon kepada Allah untuk mengganti arah kiblat salat dari Yerusalem ke Makkah.


Perubahan arah kiblat inilah akhirnya menimbulkan kegaduhan di kota Madinah. Beberapa pengikut Nabipun juga mengalami keraguan atas perubahan arah kiblat tersebut, meski tidak sebesar kegaduhan yang terjadi di kalangan orang orang Yahudi di Madinah. Menurutnya ini merupakan indikasi ketidak sungguhan pada ajaran Muhammad saw. Mereka menyangsikan apakah agama yang mengalami perubahan arah kiblat itu mempunyai keotentikan ajaran, mengingat arah kiblat dalam salat adalah hal yang prinsip.

Allah swt. menjelaskan bahwa hakikat kebajikan adalah iman dan takwa, yaitu orang-orang yang melakukan kebajikan meliputi aktifitas rohani dan jasmani.

Adapun tanda-tanda orang yang benar-benar beriman dan bertakwa adalah sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini, sebagai berikut :

- Iman (keyakinan) terhadap adanya Allah swt.hari pembalasan malaikat-malaikat, kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah swt. melalui para utusan-Nya, serta iman terhadap adanya nabi-nabi Allah swt. Iman terhadap adanya Allah swt. menyebabkan manusia merasa bahwa segala gerak geriknya selalu diawasi dan diketahui oleh Dzat Yang Maha Kuasa itu. Bahkan tidak hanya perbuatannya, tetapi juga isi hatinya dan semua yang terlintas dalam alam pikirnya.

- Adanya kemampuan untuk memberikan sebagian harta kesayangan kepada orangorang yang membutuhkannya yaitu karib-kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang terlantar karena kehabisan bekal di perjalanan, dan orang-orang yang meminta-minta karena ketiadaan harta karena untuk keperluan pembebasan hamba sahaya ataupun untuk menghilangkan perbudakan.

- Mendirikan salat, artinya melaksanakan pada waktunya dengan khusyu‟ lengkap dengan rukun-rukunnya dan syarat-syaratnya.

- Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya. Di dalam al-Qur‟an apabila disebutkan perintah mendirikan salat selalu pula diiringi dengan perintah menunaikan zakat, karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan kebaktian dan kebajikan, salat adalah pembersih jiwa, sedangkan zakat adalah pembersih harta.

- Selalu menepati janji. Orang yang baik adalah orang-orang yang selalu menepati janjinya apabila dia berjanji, baik janjinya kepada Allah swt. dan Rasul-Nya sebagai konsekuensi syahadatnya, ataupun janji yang dibuat sesama manusia, seperti janji-janji untuk bertemu, janji untuk membayar utang dan lain-lain.

- Sabar. Orang yang ingin mendapatkan kebaikan harus bersifat sabar dalam segala situasi, seperti dalam kesempitan, ataupun kesusahan

- Tekun adalah salah satu kunci sukses dan keselamatan hidup manusia.
Ketidaksabaran akan membuat seseorang akan hidup gelisah dan tidak tenang. Ketidaksabaran bahkan dapat membawa akibat yang lebih fatal, yang pada akhirnya akan menghancurkan ketenangan dan kedamaian.

5. Bermegah-megahan di Dunia. QS al-Ma'un (107): 1–7


 

a. Arti Kosa Kata


 

b. Terjemah
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. orang-orang yang berbuat ria. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. QS al-Ma'un (107): 1–7

c. Penjelasan
Kata al-Maun secara bahasa berarti bantuan atau pertolongan. Surat ini berisi kalimat tanya retoris kepada manusia (umat Islam) tentang kriteria orang yang mendustakan agama. Surat ini menunjukkan perintah untuk saling memberi. Bahkan sekecil apapun bantuan yang diberikan kepada orang yang membutuhkan sangat berpengaruh pada keimanan seseorang.

Ahmad Musthafa al-Maraghi bahwa kriteria orang yang mendustakan hari kiamat adalah mereka yang merendahkan derajat duafa dan berlaku sombong karena merasa lebih tinggi derajat. Termasuk pendusta agama adalah mereka yang berat dan enggan menolong orang-orang yang membutuhkan seperti fakir miskin.



6. Hadis-hadis tentang larangan berlebih-lebihan dan menyantuni duafa


 

a. Arti Kosa Kata


 

b. Arti Hadis
Dari Abdullah bin Amr berkata, bahwa Rasulullah saw.. melewati Said yang sedang berwudhu. Rasul bersabda, "Kenapa berlebih-lebihan seperti ini?" Lalu Said berkata", apakah dalam berwudhu ada yang dianggap berlebih-lebihan?". Rasulullah menjawab,"Iya meskipun kamu berada di atas sungai yang mengalir (HR. Ibnu Majah)

c. Penjelasan
Hadis ini menunjukkan keharusan menghindari sikap boros. Dalam hadis
tersebut dimisalkan dalam wudu. Dalam berwudu saja, kita tidak dibolehkan boros menggunakan air, apalagi dalam hal-hal yang hukumnya boleh.



7. Hadis tentang Keutamaan Memberi daripada Menerima





a. Arti Hadis
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda: “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, maka mulailah dengan orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka siapa yang berusaha menjaga dirinya, Allah akan menjaganya dan siapa yang merasa cukup untuk dirinya maka Allah akan mencukupkannya." (HR. Bukhari)

b. Penjelasan
Allah swt. membuat keadaan manusia berbeda-beda. ada yang berkecukupan dan ada yang kekurangan. Hadis ini berisi perintah untuk menyantuni orang-orang yang tidak seberuntung kita. Perumpamaan yang dipakai adalah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, maksudnya orang yang memberi lebih baik dari pada orang meminta. Begitulah Allah swt. membuat manusia untuk saling memberi kebaikan kepada orang lain.


 

1. Arti hadis
Dari Abu Karimah Miqdad bin Ma`dikarib ra. berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw.. bersabda: Tidaklah lebih berbahaya seseorang itu memenuhi suatu bejana melebihi bahayanya memenuhi perut. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Dan seandainya ia tidak mampu berbuat seperti itu, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk nafasnya.

2. Penjelasan
Hadis ini menjelaskan bahwa berlebihan dalam konsumsi makanan berbahaya bagi tubuh. Islam menganjurkan kesederhanaan yang tercermin pada keseimbangan pola makan dan gaya hidup sehat. Tubuh manusia memerlukan nutrisi, air dan udara.
Ketiganya harus dipenuhi secara seimbang. Kelebihan salah satunya akan mengurangi porsi yang lainnya. Dan hal ini berdampak pada kesehatan seseorang.


Rangkuman

1. Allah melarang umat Islam bersikap berlebih-lebihan dan melampaui batas, bahkan dalam urusan ibadah;
2. Membelanjakan harta secara berlebihan (boros) adalah bentuk bentuk dari kesombongan dan keangkuhan;
3. Kerabat dan keluarga terdekat perlu mendapat perhatian lebih dahulu dalam bersedekah;
4. Islam menyelaraskan umat manusia untuk baik kepada Allah dan baik kepada sesam;
5. Termasuk orang mendustakan hari akhir, adalah mereka yang tidak memperhatikan para dhuafa dan fakir miskin;
6. Islam mendorong umatnya saling gemar memberi, dan mencela orang orang yang hanya meminta-minta.


Tautan Link
Untuk memperdalam materi bahasan ini, silakan pindai link tautan berikut:


 



Mari Berdiskusi

Akhir-akhir ini banyak ditemui para gepeng (gelandangan dan pengemis) di beberapa kota yang menjadikan kegiatan mengemis sebagai kegiatan profesi. Bahkan hasil survey menunjukkan penghasilan para pengemis lebih besar dibanding dengan PNS sarjana. Hal ini menyebabkan budaya malas kian meluas. Kerja ringan, penghasilan lumayan.
Karena itu beberapa kota menerbitkan peraturan pemerintah tentang larangan memberi kepada pengemis.

Diskusikan hal ini di kelas kalian
1. Buatlah 2 kelompok yang bersebrangan (pro dan kontra perda tersebut)
2. Lakukan survey singkat melalui media tentang hal tersebut
3. Lakukan debat diskusi dengan dibimbing guru.

Uji Kompetensi
Bacalah ayat-ayat berikut dengan benar kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia





 

 




Uraian
1. Ada seorang ustad yang sedang diminta untuk memberikan ceramah materi keislaman di salah satu televisi Indonesia. Pesertanya mayoritas pengusaha kaya dan muallaf yang baru saja tertarik masuk Islam. Bagaimana menurut anda apabila Ustad tersebut datang dengan baju kusut dan motor kuno. Apakah termasuk pola hidup sederhana? Silahkan diskusikan.
2. Ada seseoang yang tidak bekerja. namun setiap harinya selalu berdoa agar mendapat rezeki dari Allah swt. Apakah orang tersebut dapat disebut memiliki sikap qana‟ah?