Wilayah di Indonesia memiliki beragam potensi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Pengelolaan potensi wilayah yang tepat sasaran dapat mendorong suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan. Perkembangan pusat pertumbuhan mendorong kemajuan wilayah di sekitarnya. Pertumbuhan wilayah tersebut memengaruhi kondisi lingkungan fisik dan sosial. Oleh karena itu, pertumbuhan wilayah hendaknya memperhatikan prinsip berkelanjutan dan daya dukung wilayah.
1. Pusat Pertumbuhan di Indonesia
Pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction). Hal ini menyebabkan seseorang tertarik untuk mendirikan usaha di lokasi tersebut dan masyarakat akan datang memanfaatkan fasilitas di kota tersebut.
Batas wilayah pertumbuhan dapat ditentukan melalui beberapa cara atau metode.
Berikut ini metode untuk menentukan batas wilayah pertumbuhan.
a. Gaya tarik-menarik (gravitasi) yang dikemukakan oleh W.J. Reilly. Ia mengemukakan bahwa kekuatan (gravitasi) interaksi antara dua wilayah atau lebih dapat diukur dengan memperhatikan penduduk masing-masing wilayah serta jarak dua wilayah tersebut.
b. Terminal jasa distribusi yang dikemukakan oleh Purnomosidi Hadjisarosa, yaitu pertumbuhan dan wilayah pengaruh suatu kota ditentukan oleh terminal jasa distribusi (jasa perdagangan).
Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan mempunyai tingkatan atau skala berbeda-beda. Ada yang berskala nasional, regional, atau daerah.
Pusat pertumbuhan berskala nasional di Indonesia, contohnya Kota Surabaya; Makassar dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia Timur; dan Medan sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia Barat.
Pusat-pusat pertumbuhan regional atau daerah, seperti Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi), Bandung Raya, Segitiga Sijori (Singapura-Johor-Riau), dan Gerbang Kertosusilo (Gresik- Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik wilayahnya.
Perkembangan pusat pertumbuhan di suatu wilayah ditentukan oleh faktor- faktor sebagai berikut.
a. Sumber Daya Alam
Wilayah yang mempunyai kekayaan sumber daya alam berpotensi menjadi pusat pertumbuhan. Sebagai contoh, penambangan bahan tambang yang bernilai ekonomis tinggi di suatu wilayah merangsang kegiatan ekonomi, memberikan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, serta berpengaruh terhadap munculnya kegiatan ekonomi penunjang.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sangat berperan dalam pembentukan pusat pertumbuhan di suatu wilayah. Pusat pertumbuhan akan berkembang dan pembangunan berjalan lancar apabila tersedia sumber daya manusia yang andal. Oleh sebab itu, dalam pengelolaan sumber daya alam diperlukan sumber daya manusia yang terampil, ahli, dan andal.
c. Kondisi Fisiografi/Lokasi
Kondisi fisiografi/lokasi memengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan.
Lokasi yang strategis memudahkan transportasi dan angkutan barang sehingga pusat pertumbuhan berkembang pesat. Contoh, daerah dataran rendah yang berelief rata memungkinkan pusat pertumbuhan berkembang lebih cepat dibanding daerah pedalaman yang berelief kasar atau bergunung-gunung.
d. Fasilitas Penunjang
Pusat pertumbuhan akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas penunjang. Misalnya, jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, pelabuhan laut dan udara, fasilitas air bersih, penyediaan bahan bakar, serta prasarana kebersihan.
Perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia banyak bertumpu pada sektor industri. Pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan dengan sistem perwilayahan (regionalisasi). Kota-kota utama dijadikan sebagai pusat pertumbuhan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membagi wilayah Indonesia menjadi empat pusat pertumbuhan dengan kota utama, yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Setiap pusat pertumbuhan membawahi beberapa wilayah.
2. Teori Pusat Pertumbuhan
Beberapa teori tentang pusat pertumbuhan yang dikembangkan oleh para ahli sebagai berikut.
a. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman bernama Walter Christaller tahun 1933.
Christaller mengemukakan dua konsep, yaitu jangkauan (range) dan threshold.
1) Jangkauan (range) adalah jarak yang perlu ditempuh orang untuk mendapatkan barang kebutuhannya hanya kadang-kadang.
2) Threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang.
Berdasarkan teori Christaller, tempat yang sentral merupakan titik simpul dari suatu bentuk heksagonal/segi enam. ah segi enam ini menggambarkan suatu wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.
Berdasarkan jenis pusat pelayanannya,, hierarki tempat yang sentral dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Tempat sentral berhierarki 3 (K= 3) adalah pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya disebut kasus pasar optimal.
2) Tempat sentral berhierarki 4 (K = 4) dinamakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, di daerah tersebut dan sekitarnya yang terpengaruh tempat yang sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien.
Situasi lalu lintas optimum memiliki pengaruh setengah bagian dari wilayah-wilayah tetangga di sekitarnya.
3) Tempat sentral berhierarki 7 (K= 7), dinamakan situasi administratif yang optimum. Selain memengaruhi wilayahnya sendiri, tempat sentral ini juga memengaruhi seluruh bagian wilayah tetangganya.
Untuk dapat menerapkan teori Christaller pada suatu daerah, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi. Syarat tersebut sebagai berikut.
1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari wilayah tersebut relatif seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batu bara.
b. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Francois Perroux, seorang ahli ekonomi dari Prancis, pada tahun 1955. Perroux menyatakan bahwa pada kenyataannya pembangunan di mana pun bukanlah suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan kutub pertumbuhan. Selanjutnya, pembangunan akan menyebar ke wilayah sekitarnya.
c. Teori Polarisasi Ekonomi
Teori polarisasi ekonomi dikemukakan oleh Gunar Myrdal, la berpendapat bahwa daerah yang memiliki pusat pertumbuhan akan sangat menarik bagi para pemodal, tenaga kerja, tenaga terampil dan barang-barang dagangan sehingga dalam waktu yang lama akan memunculkan dampak postif dan negatif.
Dampak positifnya, antara lain membuka lowongan pekerjaan, upah buruh naik, dan masuknya investasi. Adapun dampak negatifnya, antara lain adanya ketimpangan wilayah di sekitarnya sehingga memunculkan kriminalitas, kesenjangan sosial, dan kerusakan alam, Daerah yang
mendapatkan dampak negatif ini merupakan daerah-daerah pinggiran.
Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, corak pengembangan potensi daerah berbeda-beda pula. Misalnya, suatu daerah yang awalnya dikembangkan sebagai daerah pertanian akan menunjukkan pola yang berbeda dengan daerah yang dikembangkan sebagai perindustrian atau lainnya. Hal tersebut dapat diidentifikasi dari aspek tata guna lahan maupun kegiatan ekonomi penduduknya.
3. Dampak dan Pengaruh Pusat Pertumbuhan
Pertumbuhan wilayah menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Kemajuan suatu kota akan menyebar dan mendorong perkembangan wilayah sekitarnya (spread effect).
Dampak positif dari pertumbuhan penduduk, antara lain terciptanya peluang kerja, meningkatnya pendapatan, majunya teknologi, lengkapnya fasilitas pelayanan, dan terciptanya kesempatan kerja.
Adapun dampak negatif pusat pertumbuhan penduduk, antara lain berkurangnya lahan pertanian, berkurangnya tenaga kerja usia produktif, masuknya pengaruh budaya negatif kota ke desa, dan meningkatnya jumlah pengangguran.
Adanya pusat pertumbuhan memberikan pengaruh pada berbagai bidang kehidupan.
Berikut ini pengaruh pusat pertumbuhan pada berbagai bidang.
a. Pengaruh Pusat Pertumbuhan terhadap Perkembangan Ekonomi
1) Terjadinya peluang kerja di berbagai sektor yang relatif terbuka dan adanya gerakan arus barang akan membawa dampak terhadap alat transportasi, perhubungan, perdagangan, perkantoran, dan jasa.
2) Bertambah padatnya jumlah penduduk wilayah tersebut, baik yang disebabkan oleh migrasi masuk maupun pertambahan alami akan memacu tumbuhnya sarana- sarana dan fasilitas permukiman, pemasaran, hiburan, dan kesehatan.
3) Sektor-sektor ekonomi yang bersifat nonformal dapat ditempuh dan berkembang dengan pesat seiring bertambahnya penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat.
b. Pengaruh Pusat Pertumbuhan terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat
1) Akan memotivasi masyarakat untuk berlomba memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kesiapan untuk menghadapi tantangan perubahan sosial budaya.
2) Akibat mobilitas penduduk, baik melalui migrasi maupun pertambahan alami dari berbagai latar belakang budaya akan menyebabkan akulturasi dan asimilasi nilai budaya pendatang dengan nilai budaya setempat.
3) Terbukanya arus informasi dan komunikasi akan mempercepat pertumbuhan daerah tersebut.
4) Terbukanya lapangan pekerjaan yang banyak dan luas akan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara otomatis sehingga status sosial menjadi lebih baik.
5) Melatih masyarakat untuk mengatur waktu, disiplin, bersikap hemat, dan menyeleksi yang termasuk kebutuhan primer dan sekunder supaya tidak terpengaruh oleh tuntutan barang dan jasa yang berlebihan.
4. Interaksi Antarwilayah Pertumbuhan
Pusat pertumbuhan dapat memengaruhi wilayah di sekitarnya karena wilayah pusat pertumbuhan memiliki daya tarik untuk menawarkan berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini dapat menimbulkan interaksi antarwilayah. Apabila dua wilayah pertumbuhan saling berinteraksi maka salah satunya mempunyai pengaruh yang lebih kuat. Interaksi yang terjadi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari beberapa aspek. Interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari tiga aspek sebagai berikut.
a. Aspek Ekonomi
1) Jaringan jalan yang menghubungkan dua wilayah pertumbuhan menjadikan transportasi lancar sehingga merangsang kegiatan ekonomi di kedua wilayah itu.
2) Wilayah pertumbuhan A menjadi produsen barang-barang yang dibutuhkan di wilayah pertumbuhan B sehingga barang-barang dari A dikirim ke B.
3) Lalu lintas yang lancar antarwilayah pertumbuhan akan menekan harga kebutuhan di kedua wilayah.
4) Wilayah pertumbuhan A dapat menjadi pasar bagi barang-barang yang diproduksi di wilayah pertumbuhan B dan sebaliknya.
b. Aspek Sosial
1) Mobilitas dari berbagai latar belakang sosial ekonomi dan berbagai tujuan yang berbeda terjadi antarwilayah pertumbuhan.
2) Tenaga kerja dari luar wilayah pertumbuhan yang bekerja dan mencari nafkah di suatu wilayah.
3) Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan penduduk bermigrasi ke wilayah pertumbuhan lain.
4) Kebutuhan bahan baku dan hasil industri menyebabkan terjadinya interaksi antar wilayah pertumbuhan.
c. Aspek Budaya
1) Mode pakaian dan gaya berpakaian dari salah satu wilayah pertumbuhan banyak ditiru di wilayah lain.
2) Penyebaran seni dan budaya melalui media komunikasi ke wilayah pertumbuhan lainnya.
3) Budaya konsumtif dari suatu wilayah pertumbuhan mudah menular ke wilayah lain.
4) Penemuan bidang teknologi dari suatu wilayah pertumbuhan dapat diterapkan untuk kemajuan wilayah lainnya.
Berdasarkan aspek-aspek di atas tampak bahwa pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi masing-masing wilayah.
5. Daya Dukung Pertumbuhan Wilayah
Ketersediaan ruang bagi suatu wilayah merupakan modal pengembangan karena setiap wilayah membutuhkan ruang untuk mewadahi segala aktivitas di dalamnya.
Semakin pesatnya perkembangan suatu wilayah maka permasalahan keterbatasan ruang sering kali menjadi kendala perkembangan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang harus dilayani, mulai dari penyediaan ruang bermukim hingga ruang aktivitas sosial dan ekonomi. Perkembangan wilayah berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Daya dukung wilayah (carrying capacity) merupakan daya tampung maksimum wilayah yang mampu mendukung kehidupan manusia. Daya tampung tersebut mencakup populasi manusia yang mampu didukung secara optimal tanpa merusak lingkungan.
Salah satu unsur parameter daya dukung wilayah adalah lahan. Daya dukung lahan digunakan untuk mengetahui tingkat penggunaan lahan di suatu wilayah. Analisis terhadap karakteristik daya dukung lahan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui pemanfaatan potensi wilayah.
Kajian daya dukung wilayah dapat diimplementasikan untuk perencanaan kebijakan dalam suatu wilayah. Kajian daya dukung wilayah ditentukan berdasarkan potensi wilayah sesuai kondisi faktual dan empiris di wilayah tersebut.
Manfaat kajian daya dukung wilayah yaitu sebagai dasar perencanaan kebijakan pembangunan. Contohnya, dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk dan bidang kerja sama regional.
Pada dasarnya terdapat banyak komponen yang akan menentukan daya dukung suatu wilayah, antara lain daya lenting ekosistem (ecosistem resilience), tingkat teknologi, preferensi konsumen, permintaan sumber daya, serta isu-isu distribusi dan pemerataan.
Dalam perspektif lingkungan, daya dukung meliputi dua komponen, yaitu kapasitas penyediaannya (supportive capacity) dan kapasitas tampung (assimilative capacity).
Daya dukung lingkungan dalam menunjang perikehidupan manusia dapat dijabarkan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk menyediakan kebutuhan bagi manusia. Terkait dengan penataan ruang, daya dukung lingkungan harus diperhitungkan untuk dapat memberikan suatu penataan ruang yang baik.
Pendekatan perhitungan daya dukung lingkungan harus dilakukan dari sisi permintaan (demand) dan penawaran (supply) sumber daya dan jasa lingkungan.
Evaluasi daya dukung wilayah diperlukan
untuk mengelompokkan daya dukung kawasan sehingga dalam suatu wilayah dapat ditentukan kawasan yang mampu mendukung kegiatan budi daya atau kawasan yang seharusnya berfungsi lindung.
Unsur sumber daya fisik wilayah yang paling mendasar untuk dievaluasi bagi kepentingan penataan ruang adalah sumber daya lahan karena di dalamnya juga telah tercakup sumber daya air, ikan, hutan, dan unsur-unsur lahan lainnya.
Evaluasi lahan merupakan proses yang komprehensif membutuhkan informasi lingkungan yang luas yang dapat dikumpulkan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, yang akan menghasilkan klasifikasi awal dari lahan.
Evaluasi lahan dikembangkan dari klasifikasi awal lahan berdasarkan sifat fisiknya, di mana lahan didefinisikan sebagai lingkungan fisik termasuk tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi.
Tugas Mandiri
Kerjakan sesuai perintahnya!
Semakin maraknya pusat-pusat pertumbuhan dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat yang tinggal di suatu kawasan dapat termotivasi untuk bersaing dalam menghadapi berbagai peluang yang ada. Menurut Anda, usaha apa yang dapat dilakukan agar mampu bersaing dalam menghadapi berbagai peluang yang ada? Tulislah hasilnya di buku tugas! Kumpulkan hasilnya kepada guru Anda!
Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai perintahnya!
Arahan pembangunan Indonesia saat ini menggunakan pendekatan sektoral dan regional berdasarkan potensi unggulan di tiap-tiap wilayah. Interaksi antara pusat-pusat pertumbuhan dikuatkan dengan adanya perbaikan jaringan infrastruktur. Penguatan pusat-pusat pertumbuhan dan konektivitas antarpusat pertumbuhan merupakan dasar pembentukan Koridor Ekonomi Indonesia (KEI). Bersama salah satu teman Anda, carilah peta pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)! Berikan penjelasan Anda mengenai pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)! Apa manfaat pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)? Kerjakan tugas tersebut di buku tugas! Kumpulkan hasilnya kepada guru Anda!